Makna Lagu Atlantis – Seafret

makna-lagu-atlantis-seafret

Makna Lagu Atlantis – Seafret. Di tengah hiruk-pikuk dunia musik indie-pop yang terus berevolusi, lagu “Atlantis” milik duo Seafret kembali mencuri perhatian. Dirilis pertama kali pada Mei 2015 sebagai single unggulan dari album debut mereka Tell Me It’s Real, lagu ini seolah tak lekang oleh waktu. Jack Sedman sebagai vokalis dan Harry Draper sebagai gitaris, keduanya berasal dari Bridlington, Inggris, menciptakan karya yang lahir dari kabut lembut Laut Utara yang menyelimuti kampung halaman mereka—sumber inspirasi nama band pun demikian. Baru-baru ini, pada September 2025, “Atlantis” melonjak lagi di platform streaming setelah remix versi sped-up-nya viral di kalangan remaja yang sedang bergulat dengan emosi remaja. Bukan sekadar hits sementara, lagu ini menyentuh hati jutaan pendengar dengan cerita tentang kerapuhan cinta yang tak terhindarkan. Seperti Atlantis yang tenggelam dalam legenda, hubungan dalam lagu ini dibangun megah, tapi runtuh dengan sendirinya. Apa yang membuatnya begitu abadi? Mari kita gali lebih dalam, dari makna tersembunyi hingga daya tarik yang tak pudar. BERITA BASKET

Makna Lagu Ini: Makna Lagu Atlantis – Seafret

Pada intinya, “Atlantis” adalah metafor mendalam tentang kehancuran hubungan romantis yang rapuh, di mana harapan dibangun di atas fondasi yang goyah. Jack Sedman, yang menulis lirik bersama Harry Draper dan Roy Stride dari Scouting for Girls, terinspirasi dari legenda kota hilang Atlantis yang tenggelam karena kesombongannya sendiri. Dalam lagu ini, hubungan digambarkan sebagai “kota” yang indah tapi ditakdirkan untuk runtuh. Lirik pembuka seperti “The birds have left their trees / The light pours onto me / I can feel you lying there all on your own” menggambarkan kesunyian pasca-perpisahan, di mana pasangan yang dulu dekat kini terpisah oleh kehampaan emosional.

Chorus yang ikonik—”I can’t save us, my Atlantis, we fall / We built this town on shaky ground”—menjadi inti dari narasi tersebut. Di sini, Sedman mengakui ketidakberdayaannya untuk menyelamatkan cinta yang sudah rusak parah. Mereka membangun “kota” itu bersama, penuh kata-kata manis dan momen intim, tapi akhirnya menariknya sendiri ke bawah, seperti Atlantis yang ditelan ombak. Ada nuansa penyesalan yang kuat: “I’ll never take back the things I said,” menunjukkan bagaimana kata-kata kasar dan pertengkaran kecil menjadi pemicu kehancuran. Bukan hanya tentang patah hati biasa, lagu ini juga menyentuh tema kehilangan kepolosan. Seperti yang ditunjukkan dalam video musiknya—disutradarai Brendan Canty dan difilmkan di Irlandia—cerita beralih ke seorang anak laki-laki yang melarikan diri dari kota yang hancur, melambangkan perjalanan tumbuh dewasa di dunia nyata yang tak selalu ramah. Produser Steve Robson, yang dikenal dengan karya-karyanya untuk Take That dan Olly Murs, menambahkan lapisan produksi yang halus, membuat emosi itu terasa autentik. Pada akhirnya, “Atlantis” mengajak pendengar merefleksikan: apakah cinta kita dibangun untuk bertahan, atau hanya ilusi sementara yang indah?

Kenapa Lagu Ini Enak Didengar:

Apa yang membuat “Atlantis” begitu adiktif, bahkan setelah satu dekade? Jawabannya terletak pada perpaduan sempurna antara melodi yang lembut dan produksi yang sederhana tapi impactful. Gitar akustik Harry Draper membuka lagu dengan petikan yang ringan, seperti hembusan angin laut, yang langsung menarik pendengar ke suasana melankolis. Vokal Jack Sedman, dengan nada yang hangat dan sedikit retak, menyampaikan kerentanan tanpa terdengar berlebihan—seolah dia sedang berbisik cerita pribadi di telingamu. Build-up di pre-chorus, di mana ketegangan naik dengan “So high above, I feel it coming down,” menciptakan rasa antisipasi yang meledak di chorus, tapi tak pernah berlebihan; ini bukan lagu rock yang meledak-ledak, melainkan indie-pop yang mengalir seperti ombak.

Durasi tiga menit lebih yang pas membuatnya ideal untuk playlist harian, sementara aransemen minimalis—hanya gitar, drum ringan, dan sedikit string di belakang—memberi ruang bagi lirik untuk bernapas. Tak heran jika versi sped-up-nya meledak di TikTok; ritme yang lebih cepat menambahkan energi segar tanpa mengubah esensi emosionalnya. Seafret sengaja menghindari produksi berat, fokus pada kejujuran, yang membuat lagu ini terasa intim, seperti lagu pengantar tidur yang sekaligus menyayat hati. Pendengar sering bilang, mendengar “Atlantis” seperti terapi: melepaskan beban tanpa drama berlebih. Di era di mana lagu-lagu hits sering kali dipenuhi efek digital, kesederhanaan ini justru menjadi kekuatan utama, membuatnya timeless dan mudah di-connect dengan pengalaman pribadi siapa pun.

Sisi Positif dan Negatif Lagu Ini: Makna Lagu Atlantis – Seafret

Seperti koin bermata dua, “Atlantis” punya sisi positif yang kuat sekaligus kelemahan yang tak terelakkan. Di sisi positif, lagu ini menjadi jembatan empati bagi mereka yang pernah mengalami patah hati. Metafor Atlantis-nya inovatif, mengubah cerita heartbreak standar menjadi narasi filosofis yang mendalam, membantu pendengar memproses emosi dengan cara yang cathartic. Dampak budayanya juga besar: sejak viral di 2022, lagu ini telah menginspirasi cover akustik dan edit video di media sosial, bahkan memengaruhi generasi muda untuk lebih terbuka soal kesehatan mental. Seafret sendiri mendapat pengakuan lebih luas, membuka pintu untuk tur dan kolaborasi baru. Lirik yang relatable—”We got here the hard way / All those words that we exchanged”—mendorong refleksi diri, mengajarkan bahwa kegagalan cinta bukan akhir, tapi pelajaran.

Namun, sisi negatifnya tak bisa diabaikan. Beberapa pendengar merasa lagu ini terlalu pesimis, menekankan ketidakberdayaan (“I can’t save us”) tanpa menawarkan harapan atau resolusi positif, yang bisa memperburuk perasaan depresi bagi yang sedang rapuh. Video musiknya, meski artistik dengan tema perang dan pelarian, terkadang dianggap terlalu gelap untuk audiens muda, berpotensi memicu trauma daripada menyembuhkan. Selain itu, sebagai lagu indie-pop awal era 2010-an, produksinya kini terasa agak dated dibanding standar modern yang lebih polished. Kritikus juga menyoroti bahwa narasi gender-neutral-nya kadang kurang spesifik, membuatnya generik bagi sebagian orang. Meski begitu, kekurangan ini justru menambah autentisitas—bukan lagu sempurna, tapi nyata seperti kehidupan itu sendiri.

Kesimpulan: Makna Lagu Atlantis – Seafret

“Atlantis” bukan sekadar lagu; ia adalah cermin bagi kerapuhan hati manusia yang terus relevan di 2025 ini. Dari metafor legendarisnya tentang cinta yang tenggelam, hingga melodi yang menenangkan jiwa, Seafret berhasil merangkai emosi kompleks menjadi sesuatu yang sederhana tapi mendalam. Meski ada sisi gelap yang membuatnya tak selalu ringan, justru itulah yang membuatnya powerful—mengajak kita menghadapi kenyataan tanpa ilusi. Bagi Jack Sedman dan Harry Draper, lagu ini hanyalah awal dari perjalanan mereka, tapi bagi pendengar, ia tetap menjadi sahabat setia di malam-malam sepi. Dengarkanlah lagi hari ini; siapa tahu, Atlantis-mu sendiri sedang menunggu untuk diselamatkan, atau setidaknya dipahami.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *